Jelajah Padang dan Bukittinggi

         
      Assalamu’alaikummm.., hai, halo..., Saya kembali lagi di awal tahun ini. Kali ini saya akan membagi pengalaman saya menjejalah Tanah Minang, Sumatera Barat (Sumbar) untuk menghabiskan waktu saat libur Natal 2015. Niatnya sih pengen menjelajah dengan sepeda motor, karena di Padang sebenarnya cukup susah mencari kendaraan umum untuk menjelajah dan menikmati pemandangan alam di daerah pinggiran atau sekitaran pedesaan. Tapi niatnya batal dijalankan dikarenakan beberapa hal. Jadi saya menggunakan kendaraan umum. Baik.., Langsung kita mulai saja. Saya mulai perjalanan dari Kota Medan menuju Pekan Baru (PKU) menggunakan Bus Umum. Kenapa ke PKU..? Karena saya sudah janji dengan teman di sana untuk nge-trip berdua di Sumbar. Ongkos Medan-PKU sendiri saat itu Rp. 220.000,-. Kalo untuk Medan-Padang ongkosnya mungkin sekitar Rp. 310.000.,- an. Pejalanan Medan-PKU memakan waktu sekitar 15 jam jalan darat menggunakan bus umum. Capek..,? ya cukup untuk membuat Jet lag. Hehehe.., So., PKU menuju Sumbar (kota Padang) kami tempuh menggunakan mobil travel. Untuk ongkos kelas aksekutif Rp. 170.000.,- dan untuk ekonomi Rp. 130.000.-. Ok., Saya jelaskan sedikit tentang mobil travel ini. Mobil yang biasa digunakan di kawasan ini (PKU-Padang, Padang-PKU) biasanya adalah mobil Panther Touring atau APV. Perbedaan antara eksekutif dengan ekonomi adalah posisi duduk dan komposisi penumpang. Kelas eksekutif duduk di baris tengah mobil dan hanya di isi oleh 2 orang penumpang, sedang ekonomi adalah baris belakang mobil dengan isi 3 orang penumpang. Posisi duduk di mobil, apalagi untuk perjalanan jauh sangat berpengaruh untuk beberapa orang. Misalnya orang dengan kaki cukup panjang seperti saya, cukup menderita bila duduk di baris belakang dengan penumpang penuh dan perjalanan jauh. Ya hal seperti ini kondisional sih sebenarnya. 

            Lanjut.., Tujuan awal kami menjelajah Padang adalah Pulau Pamutusan dan Pagang. Lokasi penyebrangan ke pulau ini secara umum diakses dari daerah Bungus, bisa juga dari Sungai Pisang. Bungus ga terlalu jauh dari pelabuhan yang sangat terkenal sejak dulu kala, Teluk Bayur. Perjalanan dari kota Padang ke Bungus sekitar 45 menit, dan memakan waktu sekitar 1 ½ jam dari Bungus menuju pulau. Akses Padang-Bungus dapat di tempuh dengan Angkot, ongkosnya Rp. 4.000,- dan biasanya naik dari Pasar Raya, Padang. Tapi jika kita ingin diantar langsung oleh mobil travel sampai ke Bungus, biasa hanya dikenakan penambahan biaya Rp. 10.000,- atau Rp. 15.000,-. Semua tergantung pada kemampuan kita untuk untuk menawar dan bernegosiasi. Nah., untuk main ke pulau kita bisa saja menyewa kapal nelayan sekitar Rp. 75.000,- sekali penyebrangan. Tapi saya sangat merekomendasikan menggunakan agen perjalanan.
Bukan promosi sih, tapi ini berdasarkan pengalaman saya yang saat di Padang kemarin dikenalkan oleh teman. Namanya bang Dika, dari Jambak Tour (IG : @jambaktour). Kami mengambil paket tour Pulau Pamutusan dan Pulau Pagang dengan biaya tour Rp. 190.000,-/orang. Biaya ini untuk penyebrangan berangkat dan pulang ke dua pulau tersebut dan sudah termasuk peralatan snorkeling juga air minum. Namun biaya ini belum termasuk uang masuk pulau yang tiap pulau Rp. 20.000,- dan Rp. 25.000,-, uang makan dan penginapan. Penginapan sendiri kami memilih untuk membawa tenda sendiri. Pelayanan dan tanggung jawab dari pihak jambak tour sangat baik dan bertangung jawab, salah satu alasan mengapa saya merekomendasikannya. Gambaran tentang pulau Pamutusan sendiri, di sana sudah ada beberapa kamar untuk penginapan dengan harga yang beragam tergantung kondisi, pantai pasir putih dengan hamparan karang dan ikan-ikan lucunya, 4 pintu toilet umum, listrik, bukit panorama, dan dapur umum juga penjual makanan bagi anda yang tidak ingin memasak. Untuk pulau Pagang, kami tidak menginap di sana. Namun juga ada penginapan di pulau ini dan pasir yang lebih halus bila di bandingkan Pulau Pamutusan. Ya, saya hanya bisa mengunjungi kedua pulau itu dari beberapa gugusan pulau yang ada di lokasi tesebut.
Pemandangan dari bukit di pulau Pamutusa
            Setelah dari pulau, kami kembali ke Padang. For your information, angkot dari dan ke Bungus hanya ada sampai jam 5 sore, namun angkot dari Teluk Bayur ke Padang masih tersedia hingga malam hari. Bungus-Teluk Bayur dapat ditempuh dengan menggunakan ojek dengan harga tergantung penawaran kita (tapi ojek pastinya jauh lebih mahal).  Nah, di Padang kami menumpang tinggal dan bermalam di rumah kenalan teman saya. Kegiatan yang akan kami lakukan di Padang adalah Paragliding/paralayang dari Bukit Gado-gado dan mendarat di Pantai Air manis. Itu loh, yang terkenal dengan Malin Kundangnya. Untuk melakukan paragliding, biayanya adalah Rp. 300.000,-/orang untuk lama terbang sekitar 15 menit dan tambahan Rp. 50.000,- untuk menyewa kamera GoPro selama penerbangan. Kami mendapatkan informasi tentang penerbangan di Pantai Air Manis dari Milala Tour. Dari tour ini anda juga bisa berdiskusi mengenai masalah penjemputan dari kota padang menuju pantai Air Manis dan sebaliknya, walau masalah penjemputan ini juga bisa anda diskusikan dengan pilot paraglidingnya langsung. Jika anda ingin pergi ke pantai Air Manis secara personal juga bukan hal yang sulit. Karena jaraknya hanya sekitar 30-45 menit dari kota Padang. Bagi anda yang tertarik untuk mencobanya, anda bisa menghubungi pilotnya langsung yang Kece abis dan pasangan atlit yang sarat akan prestasi, namanya Pak Heri Suseno (0812-6793-103) atau Bang Syahrul (0813-7406-2003).
Foto bareng Pak Heri dan Bang Syahrul setelah landing.

Terbang bersama abangda Syahrul.
           













     
      Untuk titik penerbangan paragliding di Sumbar sebenarnya bukan hanya ada di pantai Air Manis. Lokasi lain yang juga cukup terkenal untuk melakukan paragliding adalah dari Puncak Lawang, namun biaya sekali terbang dari lokasi ini adalah Rp. 700.000,- dengan lama terbang juga sekitar 15 menit. Kenapa di Puncak Lawang biaya terbangnya lebih mahal..? itu karena jarak antara titik kita untuk terbang dan titik pendaratan kita sangat jauh yang membuat biaya akomodasi peserta dan pilot juga mahal. Tapi bicara tentang pemandangan, pemandangan terbang dari Puncak Lawang lebih indah. Karna kita terbang di wilayah pegunungan dengan objek utama adalah danau Maninjau (itu informasi yang saya dapet sih dari pilot saya di pantai Air Manis yang juga pilot di Puncak Lawang, saya juga belum pernah terbang di sana. Hehehe...,).
Tips bagi anda yang ingin melakukan paragliding di Puncak Lawang, datanglah di pagi hari. Cuaca di pegunungan akan sangat mudah berubah di siang hari. Sedangkan untuk anda yang akan terbang di Pantai Air Manis, cuaca di sini cukup stabil karena berada di pesisir pantai. Anda bisa terbang dari jam 11.00 WIB sampai sore hari jika cuaca cerah. Gunakan sepatu atau sandal yang menempel kuat di kaki anda, dan jangan takut ketinggian. Hehehe..., satu hal penting lainnya adalah, selalu ikuti intruksi dari pilot anda. Informasi tambahan, jika anda ingin menjadi pilot paragliding, anda dapat mengikuti kursusnya dan mendapatkan sertifikasi terbang. Biaya kursus pilot paragliding adalah Rp. 5.000.000,-. Anda dapat menghubungi Pak Heri Suseno jika tertarik.

            Setelah puas menejelajah Padang, perjalanan kami lanjutkan ke Bukittinggi. Nah, perjalanan menuju Bukittinggi, kami kembali menggunakan mobil travel. Bukannya tidak ingin menggunakan angkutan umum lainnya, tapi semua angkutan umum telah penuh karena memang ini musim liburan. Bahkan untuk mendapatkan mobil travel saja kami harus menunggu cukup lama. Perjalanan Padang-Bukittinggi sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2-3 jam perjalanan dan kami menggeluarkan biaya Rp. 55.000,-/orang untuk biaya mobil travel. Akhirnyaaaa.., KAMI TIBA BUKITTINGGI..! Kota Bukittinggi sebenarya kota yang kecil. Untuk menjelajah lokasi-lokasi terkenal seperti Jam Gadang, Ngarai Sianok, Lubang Jepang, Tembok Cina Bukittinggi, Museum Perjuangan, Rumah Kelahiran Bung Hatta, bahkan menjelajah Pasar Atas dan Pasar Bawah cukup dalam satu hari. Yaaa., dengan catatan jelajah pasarnya ga singgah di setiap lapak penjual yang ada.


Rumah kelahiran Bung Hatta.
       Ok, Bukitttinggi. Di kota dataran tinggi yang sejuk ini kami tidak memiliki kenalan, jadi kami harus mencari penginapan. Saya tidak merekomendasikan anda untuk numpang tidur di masjid atau musholla di Padang. Berbeda dengan beberapa daerah yang mengizinkan kita untuk numpang di masjid atau musholla untuk bermalam bila dalam keadaan terdesak, di Padang kebanyakan masjid akan di kunci setelah jam sholat, dan para penjaga masjid atau musholla juga biasanya tidak mengizinkan. Karena kami datang di musim libur, kota ini menjadi sangat penuh dengan wisatawan. Semua hotel dari kelas Melati sampai kelas Internasional semuanya penuh. Jadi.., karena kami di kota malam hari dan ini adalah kota dimana tidak ada tempat untuk mendirikan tenda, tidak ada kenalan untuk menumpang bermalam, dan juga masjid bukan solusi untuk bermalam, maka kami harus keliling kota Bukittinggi untuk mencari penginapan. Dan akhirnyaaaaa.....,
 Ini lah tempat bermalam kami. Ide yang brilian dari pemilik hotel karena melihat kami menggendong tas ransel dan sudah keliling kota Bukittinggi untuk  mencari penginapan yang semuanya sudah penuh. Dengan biaya menginap Rp. 165.000,-/orang/malam kamar ini sebenarnya cukup mahal. Kami maklumi karena ini musim liburan. Harga penginapan per malam untuk di Bukittinggi sendiri biasanya ada di kisaran harga Rp. 100.000,- hingga Rp. 500.000,-an. Bahkan ada yang di bawah Rp. 100.000,-
Ngarai Sianok dan Gunung Singgalang
  

          


     Seperti yang saya tulis di atas, untuk menjelajah lokasi-lokasi wisata di sini dapat diselesaikan dalam satu hari. Pagi hari perjalanan kami mulai melihat Ngarai Sianok. Melihat Ngarai Sianok dapat dilakukan dari komplek Lubang Jepang. Lokasi ini di buka untuk umum sekitar pukul 08.00 WIB dengan tiket masuk Rp. 17.500,-/orang. Sebelum anda memasuki komplek ini, juga ada Museum Perjuangan. Setelah puas melihat ngarai, kami melanjutkan untuk masuk dan menjelajah Lubang Jepang. Untuk masuk dan menjelajah lubang ini, anda tidak di pungut biaya lagi. Sekedar saran, walau lubang ini sudah memiliki peta jalur lubang dan sudah dilengkapi dengan CCTV di setiap sudutnya, baiknya anda menggunakan jasa pemandu/guide untuk menejelajah lubang. Selain anda tidak akan tersesat, anda juga akan mendapatkan informasi tentang sejarah lubang Jepang dan fungsi dari setiap ruangan yang ada. Anda juga bisa bertanya rekomendasi lokasi wisata lainnya dari pemandau anda. Biaya untuk pemandu adalah Rp. 50.000,-/trip. Lubang Jepang memiliki pintu keluar di bagian bawahnya dan mengarah Ngarai Sianok dan Tembok Cina Bukittinggi. Kami memutuskan untuk keluar dari bagian bawah ini dan lanjut melihat Ngarai Sianok dan Tembok Cina Bukittinggi.
       Untuk menjelajah Ngarai Sianok dan Tembok Cina Bukittinggi saya menyarankan anda membawa air minum. Karena perjalanan ini akan cukup menguras energi dan membuat anda haus. Untuk masuk ke kawasan ini, anda tidak akan di kutip tiket masuk. Hanya saja akan ada beberapa kotak sumbangan untuk pembersihan jalan yang akan anda temui di sepanjang Tembok Cina Bukittinggi.
Tembok Cina Bukittinggi
Di sini, kami menemukan beberapa jajanan khas pinggir jalan. Yaitu Kerupuk Mie dan Jagung Turi. Kerupuk mie adalah kerupuk besar/opak yang diberi olesan kuah sate padang dan diberi taburan mie kemudian ditaburi kuah sate lagi di atasnya. Dengan harga Rp. 4000,- makanan ini cukup member kesan tersendiri di Bukittinggi. Ada juga Jagung Turi. Jagung yang sudah dipisahkan dari bonggolnya, di kukus, di campur dengan parutan kelapa, dan di taburi dengan gula pasir. Bagi anda yang pernah makan Tiwul, aroma dan rasa jajanan dengan harga Rp. 5.000,- ini sangat mirip dengan Tiwul, namun lebih manis.

Kerupuk Mie
Jagung Turi
      Selesai dari lokasi ini, kami memilih untuk menjelajah pasar untuk membeli oleh-oleh. Kami hanya menjelajah pasar atas, karena saat akan menjelajah pasar, hutan deras turun menghampiri. Menjelajah pasar adalah salah satu hal yang menarik, karena untuk mengetahui kehidupan masyarakat dan kebudayaan yang sesungguhnya dapat kita temui di pasar. Jika kita bicara oleh-oleh khas dari Sumbar, yang paling terkenal adalah keripik Balado, Rendang, dan kain Tenun. Nah.., di Pasar Atas adalah tempat yang tepat untuk mencari oleh-oleh berupa jajanan keripik balado dan sejenisnya. karena di sini semua penjualnya berjajar. Satu lagi jajanan khas yang ada di pasar ini, yaitu pisang bakar. Rasanya gurih-gurih nikmar dengan harga Rp. 5000,-.
Keadaan Pasar Atas
Belut kering
Pisang Bakar
     
     Oh ya., bagi anda yang ingin berbelanja oleh-oleh cemilan, harga pasaran per Kg nya bermacam-macam tergantung pada jenis jajanannya. Namun bagi anda yang ingin membeli cemilan yang sudah dalam kemanasan, umumnya di mulai dari harga Rp 10.000,- dan Rp. 20.000,- untuk ukuran kemasan 250 gr. Yap.., demikian lah pengelaman saya menjelajah Padang dan Bukittinggi di Sumbar. keritik dan saran yang membangun akan saya terima dengan baik. Dan bagi anda yang ingin menghubungi saya dapat melalui Instagram : @Ferry_A_H


Terima kasih sudah membaca. semoga bermanfaat dan..., sampai ketemu lagi di postingan lainnya.., 

            

Comments

  1. Cerita yang keren bang! Wah kurang kemarin saya jelajah padang, next trip insyaallah! Kunjungi blog nugra bang di mhdanugrah.wordpress.com sekedar sharing ilmu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung dan membaca. hehehe.., iya, kalo mau jelajah Padang harus lama. banyak lagi potensi lokasi wisata yang harus di kunjungi.
      Siap., saya akan mampir ke sana.

      Delete
  2. Bukannya ke padang mau nyari putri duyung bang? Kok gak ad ceritanya? Hahaha 😂😂

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts