HIDUP SEKALI, BERARTI, LALU MATI

Transform Our Life, Help Others, Stay Positive.....,


     Mungkin dari anda pernah mendengar atau membaca kata-kata ini. kata-kata sederhana namun memiliki makna yang cukup dalam. Kali ini saya akan coba membahas sedikit lebih luas tentang makna kata-kata ini berdasarkan buku yang berjudul sama "Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati" karangan Ahmad Rifa'i Rifa'an, seorang penulis yang buku-bukunya memiliki pesan-pesan yang sangat mendalam dan saya kagumi. Berikut adalah sedikit ringkasannya....,
            Hanya ada satu kemungkinan di antara tiga ratus ribu miliar kemungkinan yang ada, bahwa manusia yang akhirnya hadir itu adalah Anda. Dengan kata lain, tiga ratus miliar 'saudara kandung' Anda tak lolos seleksi. yang lolos hanya satu, yaitu Anda. Begitulah sebuah fakta ilmiah yang diungkap oleh Dale Carnegie dari sebuah buku klasik, You and Heridity.
            Bukankah kezaliman yang tak terkira jika kita menjadikan mahakarya  yang  istimewa ini hanya numpang lewat dalam sejarah. Lahir, hidup, lalu mati, tanpa meninggalkan warisan berharga bagi generasi selanjutnya. Masing-masing dari kita adalah mahakarya yang spesial, masterpiece yang tiada duanya. Tak ada satu pun yang lahirnya, pengalaman hidupnya, serta matinya, sama persis dengan anda. Jangan pernah meremehkan mahakarya Tuhan dengan pilihan hidup kita yang kerdil. Jangan pernah melecehkan mahakarya Tuhan dengan aktivitas kita yang kecil. 
                Ya, setiap dari kita adalah individu yang luar biasa. Jika engkau kecewa dan mengeluh terhadap kekurangan yang ada pada dirimu sendiri, maka datanglah kepada arsitek yang telah merancang dan menciptamu. Jangan sombong dengan kelebihanmu, jangan malu dengan kekuranganmu, tampillah secara wajar, percaya dirilah. Asalkan benar, kenapa harus malu..? Kenapa harus gengsi..? Happiness is to forget the good of yourself, and remember the kindness of God.
               I am the master of my fate. I am the captain of my soul. Di dunia ini tidak ada sukses yang diraih dengan gratis. Kita harus siap membayar harga sebuah kesuksesan. Dan semua resiko itulah harganya. Tinggalkan zona nyaman. Karena zona nyaman itu mematikan potensi secara perlahan. Mumpung masih muda, mumpung kaki masih kuat, mumpung belum punya asam urat, jangan ragu untuk terus melompat, demi masa depan yang lebih hebat. Hidup adalah momentum untuk berpetualang. Petualangan yang tak pernah berhenti sebelum kita menemukan dimana letak kesuksesan kita. Ketika yang dominan mengisi ruang pikir kita adalah kebaikan, kesuksesan, kemenangan, kedamaian, cinta, kasih sayang, maka atas izin-Nya, semesta akan membentik sistem kerja yang ritmis dan sistematis untuk merealisasikan apa yang kita pikirkan. Apa yang bisa kamu lihat adalah apa yang pasti bisa kau mencapainya.
                  Hidup hanya sekali. Jangan sampai bermunafik terhadap diri sendiri. Munafik, hatinya meyakini tapi raganya tak mau mengikuti. Nuraninya mengimani tapi jasadnya mengingkari. Imam al-Ghazali pernah menasihatkan, tak dihukumi dosa bagi orang yang tak tahu. Tentu saja berbeda dengan orang ang tak mau tahu. Orang berilmu itu derajatnya lebih tinggi, karena tanggung jawab yang dipikulnya juga lebih tinggi. Teruslah belajar, teruslah mencari kebenaran, dan teruslah berusaha untuk mengamalkan ilmu yang kau tahu. Jika yang kau cita adalah kesuksesan, maka teladani sikap hidup orang-orang sukses. Jika yang kau ingin adalah kemuliaan, maka ikutilah cara hidup orang-orang yang nasibnya dimuliakan Tuhan. 
                Sekilas ia tampak diam, padahal ia terus bergerak. Bergerak perlahan menuju titik nol tahulah kita begitulah hakikatnya umur manusia. Salah satu cara agar kita berjalan di muka bumi dengan tindakan yang baik adalah dengan senantiasa mengingat kematian. Betapa bodohnya ketika kita tahu bahwa kematian bisa datang kapan pun, namun masih saja dengan tenang mengerjakan kemaksiatan dan pekerjaan yang sia-sia. Ketika datang kesempatan berbuat baik, tanyakan pada diri "kalau tidak sekarang, kapan lagi..? Kalau bukan aku, siapa lagi..?". 
                  Tuhan, maaf, diri kami masih kotor, suka menilai sesama seperti auditor, sementara diri sendiri tak pernah dimonitor, dalam keburukan jadi pelopor, dalam kebaikan jadi pengekor. 

          Sekian ringkasan yang dapat saya tuliskan, semoga bermanfaat.
"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) sanggup menembus jutaan kepala" (Sayyid Quthb).

Comments

  1. Tulisan yang sangat bagus dan menginspirasi! Semoga membuat kita berani untuk berbuat yang benar dan berarti bagi sesama. Silahkan berkunjung ke blog sy juga yhttp://suitincase.blogspot.com/ Terima kasih :).

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts