Potensi dan Kendala Pengembangan Wilayah Kota Medan
POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN
Oleh
: Ferry Aulia Hawari /101201120
Kehutanan Universitas Sumatera Utara
I.
PENDAHULUAN
Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara. Pada zaman dahulu
Kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa
kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan dan semuanya
bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei
Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang
Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah
Guru Patimpus dan lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan
orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman
kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap
sehingga akhirnya kurang popular.
Pada
awal perkembangannya Medan merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan
Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari
posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai
Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada
zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga
dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota
Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.
Pesatnya
perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari
perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Menurut Volker pada tahun
1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara
sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan
semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun
Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu
perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan
dan perekonomian di Sumatera Utara.
Pada
tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari
Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha)
secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Contoh hasil
panen tembakau deli dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya.
Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk
pembungkus cerutu.
Kemudian
di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli
Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah
Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya
mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan
perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys
memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan
Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin
ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai
"Kota Medan".
Dari
sejarah panjang berdirinya Kota Medan, jelas terlihat bahwa letak Kota Medan
yang efisien dalam perdagangan dan kondisi tanahnya yang subur menjadikan kota
medan dapat berkembang dengan begitu pesatnya. Wajar bila dimasa yang telah
maju dan modern ini Kota Medan memiliki nilai tambah yang masih tinggi dalam
prospek pengembangan wilayah. Bahkan, bila kita pergi dari meninggalkan Kota
Medan dan kembali setahun kemudian akan banyak perubahan yang signifikan dari
kota ini.
II.
POTENSI
Perekonomian Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh
kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (35,02%), yang disusul oleh sektor
industri pengolahan (19,70%). Dari besaran nilai kedua sektor tersebut maka
dapat dikatakan bahwa potensi unggulan yang paling mungkin berkembang di Kota
Medan adalah sektor perdagangan dan industri. Seperti diketahui, dengan status
Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia maka wajar bila arahan
pembangunan kota lebih menitikberatkan pada kedua sektor tersebut, apalagi
dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.
Kota Medan sebagai ibu kota provinsi dan letaknya
yang sangat strategis wajar bila usaha dalam bidang perdagangan, hotel,
restoran dan industri pengolahan dapat berkembang dengan pesat. Dengan demikian
dapat dipastikan juga bidang usaha yang bergerak di bidang properti akan sangat
diminati hingga beberapa tahun kedepan oleh investor yang akan menanamkan
modalnya di Kota Medan. Karena bidang properti sangat bekaitan erat dengan
dunia perhotelan dan restoran juga dengan industri pengolahan.
Bila bidang usaha perdagangan, hotel, restoran dan
industri pengolahan merupakan usaha potensial yang terus berkembang di Kota medan,
maka Kota Medan juga memiliki potensi pendukung bidang usaha potensial. Potensi
pendukung tersebut antara lain berada pada sektor transportasi, industri, dan
pariwisata. Untuk sektor transportasi, kota medan menjadi pintu masuk secara
regional nasional maupun internasional dengan adanya pelabuhan Belawan dan
Bandara Internasional Polonia yang mendukung pembangunan dan perdagangan Kota
Medan bahkan Sumatera. Sektor transportasi ini juga akan terus berkembang
dengan akan beroprasinya bandara baru yang bernama Kuala Namu International
Airport (KNIA).
Untuk
sektor industri, maka seperti kota besar pada umumnya, Medan juga memiliki
kawasan industri. Untuk mengantisipasi perkembangan industri dan kebutuhan
lokasi berusaha yang lebih besar, pemerintah kota menyediakan Kawasan Industri
Baru (KIB), yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan lahan yang
disediakan 650 Ha, dan masih bisa dikembangkan menjadi 1000 Ha. Untuk kegiatan
industri kecilpun tersedia Perkampungan Industri Kecil (PIK) yang terletak di
Kecamatan Medan Denai. Ada satu kawasan industri di Medan yaitu Kawasan
Industri Medan (KIM) dekat Pelabuhan Belawan. KIM memiliki luas lahan 514 Ha
dan disediakan fasilitas listrik 120 MW. Saat ini terdapat 86 perusahaan swasta
nasional yang menempati lokasi tersebut berdampingan dengan 17 perusahaan
asing. Dan Kota Medan dinilai sebagai kota yang aman untuk berinvestasi di
Indonesia.
Di
luar potensi bisnisnya, Kota Medan sangatlah layak menjadi tujuan wisata.
Selain untuk mengunjungi lokasi seperti Danau Toba atau Berastagi yang sejuk,
Kota Medan sendiri sarat dengan objek wisata. Tujuan wisata di Kota Medan
diantarnya adalah Taman Buaya di kawasan Sunggal, berisikan 3000 ekor buaya
aneka jenis. Namun wisata yang paling menarik di Kota Medan adalah bangunan
tuanya yang dibangun dari pertengahan abad XX di Medan. Dan sebagian besar
bangunan tua itu masih ada sampai kini, indah dan memberi gambaran utuh pada
Kota Medan masa lalu.
III.
ANALISIS
PENGEMBANGAN WILAYAH
Dalam pengembangan
wilayah, ada beberapa teori yang digunakan untuk menentukan apakah suatu daerah
atau wilayah tersebut dapat dikatakan berkembang. Teori yang umum digunakan
adalah teori Pertumbuhan ekonomi wilayah. Pertumbuhan ekonomi adalah
pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah
tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi. Namun agar dapat
melihat pertambahan dari suatu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus
dinyatakan dalam nilai riel, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan
wilayah menggambarkan bals jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroprasi di
wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti
secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.
Bila analisis
pengembangan wilayah Kota Medan dilihat dari teori pertumbuhan ekonomi, maka
Kota Medan terus mengalami peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Karena
setiap tahunnya lapangan pekerjaan terus bertambah dan industri-industri kecil
dan menengah juga terus berkembang di Kota Medan.
Dalam analisis wilayah,
yang sering digunakan adalah Location
Quotien (LQ). Analisis ini digunakan untuk mengetahui dan menentukan sektor
ekonomi yang merupakan sektor basis dan non basis. Sektor basis merupakan
sektor dengan kegiatan ekonomi yang hasil produksinya dapat untuk melayani
pasar baik di dalam maupun di luar batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor dengan kegiatan
ekonomi yang hanya mampu menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Sektor ini tidak mampu memasukkan barang dan jasanya keluar batas
perekonomian sehingga luas lingkup produksi dan daerah pasarnya terutama
bersifat lokal.
Apabila hasil
perhitungan pemasukan suatu wilayah menunjukkan angka lebih besar dari satu (LQ
> 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Sebaliknya, apabila
hasil perhitungan menunjukan angka lebih kecil dari satu (LQ < 1) berarti
sektor tersebut merupakan sektor non basis. Dan sektor seperti trasnportasi dan usaha
potensial lainnya yang terdapat di Kota Medan kemungkinan besar berada angak
labih besar dari satu (LQ > 1).
IV.
KENDALA
DAN TANTANGAN
Dalam pengembangan suatu
wilayah, tentunya terdapat kendala dan tantangan dalam pengembangannya. Kendala yang dihadapai oleh Kota Medan dalam
pengembangan wilayahnya antara lain adalah memiliki lahan pertanian dan
perkebunan yang cukup luas namun pemanfaatannya kurang optimal sehingga
menimbulkan konflik agraria, kawasan industri cenderung hanya berkembang di
tepi jalan arteri, struktur kegiatan masyarakat memusat dikawasan pusat kota,
pembangunan sarana dan prasarana yang masih belum merata, dan inisiatif untuk
berwirausaha yang masih rendah.
Namun dibalik kendala
dan tantangan tentu terdapat solusi atau jalan keluar. Solusi tersebut berasal
dari kekuatan dan kesempatan yang dimiliki oleh Kota Medan. Kekuatan dan
kesempatan tersebut antara lain berupa lokasi yang strategis (termasuk juga
dengan lokasi-lokasi wisata), sarana trasnportasi, komunikasi, dan teknologi
yang terus berkembang, memiliki pelabuhan Belawan yang sangat potensial,
memiliki bandara Internasional Polonia dan Kuala Namu Interational Airport yang
akan beroprasi, industri kreatif yang mulai tumbuh, dan tujuan Kota Medan untuk
menjadi kota Metropolitan yang tentunya akan mengudang banyak investor untuk
membangun Kota Medan.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kota Medan, dengan
letaknya yang strategis, juga merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara dan
memiliki bandara Internasional serta ojek-objek wisata yang menarik tentunya
mampu terus berkembang dan memiliki nilai tambah yang sangat besar dengan pembangunan
yang diarahakan merata kepada setiap sektor dan wilayahnya. Sektor-sektor
potensial yang terdapat di Kota Medan adalah perdagangan, hotel, kuliner, dan
industri kreatifnya yang terus berkembang dan memberikan pemasukan cukup besar.
Kota Medan yang kini sedang berada pada tahap pembangunan dan pertumbuhan
menuju Kota Metropolitan tentunya juga mengangkat dan merangsang sektor properti
untuk terus tumbuh dan berkembang. Dengan berkembangnya sektor proprti maka
dampak dari pembangunan akan dapat jelas terlihat.
Namun, tetap saja
terdapat beberapa hal lain yang perlu perhatian khusus. Pengembangan sarana dan
prasarana publik harus dilaksanakan secara merata dan seadil mungkin. Kebersihan
dan sampah masih menjadi masalah yang pelik untuk diselesaikan, dan dampak
lingkungan akibat pembangunan yang tidak berimbang serta pro lingkungan juga
menjadi permasalahan di kota ini. Sektor industri kecil dan menengah seharusnya
juga menjadi fokus utama dalam pembangunan suatu wlayah. Karena dengan semakin
berkembangnya sektor ini maka akan semakin banyak lapangan pekerjaan dan
mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru lainnya. Dan tentu saja, yang
seharusya menjadi target utama dalam pembangunan dan pengembangan suatu wilayah
adalah kesejahteraan masyarakatnya.
Comments
Post a Comment