Hutan Bakau atau Hutan Mangrove....?
Perbedaan antara hutan mangrove dengan hutan bakau.
Banyak orang yang mengatakan hutan bakau sama dengan hutan mangrove, atau sebaliknya. Padahal defenisi antara hutan mangrove dan hutan bakau jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Disini saya akan menjelaskan secara sederhana perbedaan antara hutan mangrove dan hutan bakau.
Hutan Bakau
Bakau merupakan jenis umum yang sering dijumpai di garis pantai. Bakau memiliki nama ilmiah Rhizophora sp (R. apiculata, R. mucronata, R. stylosa) dan termasuk ke dalam famili Rhizophoraceae. Karena jenis ini umum dijumpai dan banyak terdapat di zona pantai, maka kawasan yang banyak ditumbuhi oleh jenis ini disebut hutan bakau. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kawasan hutan bakau adalah kawasan hutan yang didominasi oleh jenis bakau atau Rhizophoraceae walaupun yang termasuk kedalam famili Rhizophoraceae tidak hanya bakau (Rhizophora) namun juga Bruguiera sp, Ceriops sp, dan Kandelia candel.
Rhizophora stylosa |
Hutan Mangrove
Asal kata "mangrove" tidak diketahui secara jelas dan terdapat berbagai pendapat mengenai asal-usul katanya. Macnae (1968) menyebutkan kata mangrove merupakan perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Sementara itu menurut Mastaller (1977) kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan marga Avicennia dan masih digunakan sampai saat ini di Indonesia bagian timur.
Beberapa ahli mendefenisikan "mangrove" secara berbeda-beda, namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) mendefenisikan mangrove baik sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas. Dalam kata lain mangrove adalah suatu kawasan ekosistem yang terkena dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Mangrove juga didefenisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litorial yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindungi (Saenger dkk, 1983). Sementara Soerianegara (1987) mendefenisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri dari jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora, dan Nypa.
Menurut Gunarto (2004) mangrove tumbuh subur di daerah muara sungai atau
estuari yang merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel
organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat
adanya erosi. Kesuburan daerah ini juga ditentukan oleh adanya pasang
surut yang mentransportasi nutrient.
Tumbuhan mangrove memiliki kemapuan khusus untuk
beradaptasi dengan kondisi tanah yang tergenang, kadar garam, dan
kondisi tanah yang labil. Dengan kondisi lingkungan yang seperti itu,
beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisma yang memungkinkan secara
aktif mengeluarkan garam, sementara yang lainnya mengembangkan sistem
akar napas untuk membantu memperoleh oksigen bagi sistem perakarannya.
Dalam hal lain, beberapa jenis mangrove berkembang dengan buah yang
sudah berkecambah sewaktu masih di pohon induknya (Vivipari), seperti Kandelia, Bruguiera, Ceriops, dan Rhizophora.
Hutan mangrove tersebar dari daerah tropika sampai 32 derajat LU dan 38 derajat LS, menurut Chapman (1975), penyebaran hutan mangrove di dunia di bagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
The old world mangrove yang meliputi Afrika Timur, Laut Merah, India, Asia tenggara, Jepang, Filipina, Australia, New Zealand, Kepulauan Pasifik dan Samoa. Kelompok ini disebut pula grup Timur.
The new world mangrove yang meliputi Pantai Atlantik dari Afrika dan Amerika, Meksiko, dan Pantai Pasifik Amerika dan Kepulauan Galapagos. Kelompok ini juga pula grup Barat.
Hutan mangrove tersebar dari daerah tropika sampai 32 derajat LU dan 38 derajat LS, menurut Chapman (1975), penyebaran hutan mangrove di dunia di bagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
The old world mangrove yang meliputi Afrika Timur, Laut Merah, India, Asia tenggara, Jepang, Filipina, Australia, New Zealand, Kepulauan Pasifik dan Samoa. Kelompok ini disebut pula grup Timur.
The new world mangrove yang meliputi Pantai Atlantik dari Afrika dan Amerika, Meksiko, dan Pantai Pasifik Amerika dan Kepulauan Galapagos. Kelompok ini juga pula grup Barat.
Spesies propagul dan buah dari kiri : Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Ceriops decandra, Sonneratia alba, Bruguiera sexangula, dan Avicennia marina. |
Indentifikasi propagul |
Gambaran Umum Mangrove Indonesia
Berdasarkan
data Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001)
dalam Gunarto (2004) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 1999
diperkirakan mencapai 8.60 juta hektar akan tetapi sekitar 5.30 juta
hektar dalam keadaan rusak. Sedangkan data FAO (2007) luas hutan
Mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya mencapai 3,062,300 ha atau
19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di dunia
melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Di
Asia sendiri luasan hutan mangrove indonesia berjumlah sekitar 49% dari
luas total hutan mangrove di Asia yang dikuti oleh Malaysia (10% ) dan
Myanmar (9%). Akan tetapi diperkirakan luas hutan manrove di Indonesia
telah berkurang sekitar 120.000 ha dari tahun 1980 sampai 2005 karena
alasan perubahan penggunaan lahan menjadi lahan pertanian (FAO, 2007).
Data
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) berdasarkan
Direktoral Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen
RLPS), Dephut (2000) luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah
9.204.840.32 ha dengan luasan yang berkondisi baik 2.548.209,42 ha,
kondisi rusak sedang 4.510.456,61 ha dan kondisi rusak 2.146.174,29 ha.
Berdasarkan data tahun 2006 pada 15 provinsi yang bersumber dari BPDAS,
Ditjen RLPS, Dephut luas hutan mangrove mencapai 4.390.756,46 ha.
Data
hasil pemetaan Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL)-Bakosurtanal
dengan menganalisis data citra Landsat ETM (akumulasi data citra tahun
2006-2009, 190 scenes), mengestimasi luas mangrove di Indonesia adalah
3.244.018,46 ha (Hartini et al., 2010). Kementerian kehutanan
tahun 2007 juga mengeluarkan data luas hutan mangrove Indonesia, adapun
luas hutan mangrove Indonesia berdasarkan kementerian kehutanan adalah
7.758.410,595 ha (Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kementerian Kehutanan, 2009 dalam Hartini et al., 2010), tetapi
hampir 70%nya rusak (belum tau kategori rusaknya seperti apa). kedua
instansi tersebut juga mengeluarkan data luas Mangrove per propinsi di
33 Provinsi di Indonesia. Luas-luas mangrove di 33 Provinsi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat atau liana, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove), sementara jenis lain ditemukan sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (asociate mangrove). Di seluruh dunia, Saenger, dkk (1983) mencatat sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Dengan demikian terlihat bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis yang tinggi.
Fungsi Mangrove
Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga terbukti memegang peranan penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai. Dusun Tongke-tongke dan Pangasa, Sinjai, Sulawesi Selatan yang memiliki barisan amngrove yang tebal di pantai terlindungi dari gelombang pasang (Tsunami) di pulau Flores pada akhir tahun 1993.
Hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan pada berbagai jurnal
internasional menunjukkan, hutan mangrove dan hutan pantai yang masih
baik dan kompak dengan lebar 200 m dan kerapatan 30 pohon/100 meter
persegi mampu melindungi pantai dari terjangan tsunami dengan mengurangi
tinggi genangan sampai 70%, dan meredam energi tsunami juga sampai 70%
dibandingkan pantai tanpa hutan mangrove atau hutan pantai.
Mari kita jaga dan rawat bersama hutan mangrove kita yang masih tersisa. Laut bukanlah tempat sampah raksasa, dengan tidak membuang sampah atau limbah kelaut kita turut menjaga keberadaan hutan mangrove kita. Lestari.....!
Sumber :
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor
terimakasih infonya yang bermanfaat. cukup lengkap (y)
ReplyDeleteAssalamu'alaikum mas Ferry, saya dhita dari jurusan biologi undip. Mohon izin untuk mencantumkan 2 foto mangrove (foto pohon rhizopora stylosa dan buah mangrove) milik anda untuk keperluan pembuatan movie clip (presentasi) mata kuliah biologi mangrove. Senang sekali bila anda berkenan mengizinkan... Jazakallah khair, Barakallah :)
ReplyDelete