Backpacker, sarana merangkai cerita

      Setiap mendengar kata backpacker, kita pasti membayangkan orang yang sedang berpergian dengan tujuan yang tidak dapat kita tebak dan selalu menggendong ranselnya. Bila di artikan backpack sendiri berarti tas punggung dan memiliki arti orang yang membawa tas punggung bila ditambahkan akhiran 'er'.
      Namun kini bacpacker bukan hanya berarti  orang yang selalu membawa tas punggung kemana pun ia pergi, namun juga memiliki arti orang yang melakukan sebuah perjalanan yang jauh dengan dana seminimal mungkin dengan tujuan mencari pengalaman dan carita berkesan lainya.
 


      Ya, dengan dana seminimal mungkin dan jika boleh gratis. Bukan berarti mereka tidak memiliki uang sama sekali -walau dalam keadaan tertentu memang demikian- namun mereka hanya ingin mendapatkan lebih banyak cerita dan pengalaman yang berbeda dari orang kebanyakan. Sebenarnya mereka memiliki uang -walaupun pas diongkos- dalam melakukan perjalanan, namun mereka lebih mengutamakan "modal jempol". Ya, modal jempol. Dengan jempol sebagai senjata utama demi mendapatkan tumpangan gratis dan informasi tambahan tentang tempat yang akan dituju dari orang yang memberi tumpangan.
      Menumpang di mobil pengangkut buah, naik mobil bak terbuka, atau malah menaiki mobil patroli Satpol PP adalah pengalaman menarik yang bisa anda dapatkan dengan hanya mengandalkan jempol anda ditambah dengan sedikit wajah kasihan. Yang terpenting adalah anda dapat melakukan perjalanan dengan modal minim atau gratis. Backpacker bukan hanya dilakukan di daerah pedalaman atau tempat-tempat wisata alam, namun juga dapat dilakukan dimanapun kita mau. Bahkan di tengah kota.

Hasil modal jempol, menumpang mobil bak terbuka.

      Backpacker mungkin terlihat spele dan sederhana, sebenarnya banyak hal yang harus dipersiapkan dan diperhitungkan dalam melakukan perjalanan dengan tema backpacker. Paling tidak kita sudah menguasai informasi tentang tempat yang akan kita tuju. Seperti jaraknya, fasilitas yang tersedia, keberadaan rumah sakit dan peraturan atau hukum adat bila ada harus kita ketahui. Peralatan yang kita bawa juga harus dipikirkan dengan matang. Seperti pakaian, kotak P3K, makanan, uang untuk kejadian tak terduga, hingga peralatan pendukung seperti pisau, tenda atau peralatan penting lainnya harus dipersiapkan dengan baik. Karena wadah yang kita gunakan hanya tas punggung dengan kapasitas yang terbatas, maka perlengkapan yang di bawa harus mampu memenuhi semua kebutuhan diperjalanan. Ini juga merupakan salah satu tantangan dalam melakukan kegiatan backpacker.
      Berbaur dengan masyarakat sekitar dan mempelajarai kebiasaan serta hukum-hukum adat suatu daerah yang kita kunjungi, selain dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, juga mempermudah kita dalam melakukan suatu perjalanan. Banyak hal-hal yang tidak terduga akan kita terima jika kita mampu berbaur dengan baik dengan masyarakat sekitar. Yang terpenting juga kita harus mampu menjaga sopan santun kapanpun dan dimanapun kita berada. Karna orang akan menghormati kita jika kita juga menghormati orang lain dan diri sendiri. 
     Akhir kata selamat menikmati perjalanan anda dalam merangkai cerita dan pengalaman di tengah keindahan alam dan keramahan orang-orang di sekitar kita......,
     Sekilas gambaran saat backpackeran ke Titik nol dan Pantai Iboih, sabang, pulau weh, Aceh.



Comments

Popular Posts